Masa single dulu, berikut ini adalah rancangan pengalokasian dana bulanan :
1. biaya tabungan yang terbagi pada 2 pos yakni tabungan masa tua dan jalan-jalan
Ya, karena tidak ada orang yang bisa menentukan seperti apa masa tua yang akan dijalaninya nanti, maka saya anggap perlu untuk mengalokasikan sejumlah dana dan menyimpannya di bank.
Untuk tabungan jalan-jalan memang sengaja dialokasikan, agar kapan saja ingin jalan-jalan sudah ada dananya. Andaikan pun dana tersebut tidak dipergunakan setelah setahun, misalnya, tinggal dialihkan saja ke dana tabungan masa tua. Toh, uangnya di situ-situ juga, cuma dengan membedakan peruntukkannya seperti ini, membuat saya menjadi lebih disiplin saja.
2. biaya asuransi
Walaupun masih single, saya merasa perlu mengambil asuransi. Mengingat biaya rumah sakit mahal, bukankah lebih baik kita sedia payung sebelum hujan? Apalagi biaya rumah sakit tidak cuma mencakup penyakit yang biasa ataupun luar biasa, tetapi juga pastinya akan sangat menolong jika terjadi kecelakaan yang mana tak ada manusia yang bisa menduga atau mengatur kapan musibah datang menghampirinya.
3. biaya makan
Tak perlu dijabarkan lagi soal ini ‘kan. Ini kebutuhan utama, agar tak ada cerita akhir bulan cuma makan mie instan saja. Walau masih single, bukan berarti boleh menjalani pola hidup seenaknya.
4. biaya pengeluaran tetap - listrik, air, dan telpon
Sebagai perempuan single yang tinggal sendiri, pengeluaran saya memang sudah mirip dengan pengeluaran rumah tangga. Tetapi, ketika masih tinggal dengan orang tua pun dulu, saya tetap sih mengalokasikan sejumlah uang sebagai anggota keluarga ‘kan perlu toh berpartisipasi, sehingga orang tua pun senang.
5. biaya internet
Biaya ini masuk menjadi kebutuhan utama karena sudah sangat tergantung dengan internet. Rasanya hidup tak lengkap jika tidak bisa terkoneksi dengan lancar dengan dunia maya. Sehingga merasa perlu mengalokasikan sejumlah dana untuk kebutuhan, yang bagi sebagian orang cuma dianggap kebutuhan sekunder ataupun dinomorsekiankan :)
6. biaya berbagi (kalau ada yang ulang tahun/menikah ataupun sakit/meninggal)
Sahabat atau teman yang berulang tahun, atau pun menikah, atau juga jika ada kerabat yang terkena musibah sakit atau meninggal, tentunya selalu ada keinginan untuk berbagi. Dan jika tidak dianggarkan secara khusus, malah kelabakan sendiri. Tidak mungkin juga ‘kan datang menjenguk orang sakit, tapi tidak membawa bingkisan apapun. Tidak apa sih kalau tidak membawa, yang penting doa dan kehadiran kita, namun jika masih punya dana untuk dibagikan, bukankah lebih baik?!
7. dana taktis
Biasanya dana ini sih sangat jarang dipergunakan, karena hanya diperuntukkan sebagai dana talangan ataupun jika ada meminjam uang. Sebagai makhluk sosial, urusan pinjam meminjam ini tentu tak dapat dihindari. Selalunya akan ada kerabat/teman ataupun tetangga yang memerlukan bantuan sehingga kami merasa lebih baik jika mengalokasikan sejumlah dana secara rutin. Toh, kalaupun pada akhirnya dana tersebut utuh tak terusik, malah akan menambah pundi-pundi tabungan ‘kan.
Walaupun sudah mengatur sedemikian rupa, sesekali masih harus mengambil dari tabungan, apabila ada keluarga atau teman yang berkunjung ataupun menginap di rumah. Tentunya kehadiran mereka membuat anggaran dapur jadi bertambah dong :)
Nah, ketika sudah menikah 6 pos di atas tetap ada, dan ditambahkan beberapa lagi, bahkan ada yang harus digandakan seperti :
1. tunjangan untuk orang tua
Ceritanya ‘kan mau jadi anak yang berbakti, jadi ya harus ingat mengalokasikan dana untuk orang tua dong. Soal jumlah tentu relatif :)
2. biaya asuransi untuk suami
3. biaya tabungan jalan-jalan pun persentasenya ditingkatkan
Jika dulu dana jalan-jalan cuma dipakai sendiri, sekarang harus berdua dong, itu sebabnya dianggap perlu untuk mengalokasikan dua kali lipat besarannya dari dana yang sebelumnya.
Tahun lalu kami senang menabung koin, sampai bisa mendanai perjalanan ke tiga provinsi, tetapi setelah itu TOBAT! Alasannya sih karena tidak terasa waktu menyisihkannya. Beda dengan menabung uang kertas. Walaupun mungkin esensinya sama, tapi sensasinya beda tuh. Namun karena perjuangan menjadikan uang koin menjadi kertas itu ternyata sulit, sekarang kami tak menabung koin lagi.
4.biaya urus surat-surat penting (perpanjangan STNK/SIM dan bayar PBB rumah)
Sengaja dialokasikan per bulan walaupun pengurusannya setahun/lima tahun sekali, agar tidak terasa berat pas D-day harus mengeluarkan sejumlah dana yang lumayan besar)
5. biaya penyusutan kendaraan/benda elektronik lainnya
Kami anggap perlu karena semuanya ada masa penggunaannya. Seperti laptop/komputer, AC, dan peralatan elektronik untuk dapur semuanya akan rusak karena berbagai sebab. Dan tentunya perlu pengganti dong, maka dari itu jika sudah tersedia dananya, tidak perlu pusing-pusing lagi toh.
Perencanaan yang sedemikian matang pun, masih bisa juga keteteran, ketika apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan. Katakanlah yang meninggal, sakit, ulang tahun dan menikah lebih dari 1 orang di dalam sebulan, tentunya dana yang sudah dialokasikan pada bulan itu tidak mencukup, sehingga mau tak mau ‘berhutang’ dulu pada kas besar, yang nantinya akan dikembalikan secara mencicil dengan harapan pada bulan berikutnya tak perlu mengeluarkan dana untuk pos ini. Ada bagusnya sih jadi rajin mendoakan para handai taulan agar sehat selalu ya hehehe
Namun yang terpenting dari semua ini adalah KEDISIPLINAN! Minus kedisiplinan, sematang apapun perencanaan keuangan yang dibuat, takkan berhasil.