Silahkan Pilih

Archive for March 2013

Jenis dan Nama Akun

By : AdiMPS

Apa itu Akun Secara Umum?

Sebelum era internet datang, khususnya di Indonesia, istilah “akun” (account) jarang digunakan di luar wilayah bisnis. Masyarakat umum lebih sering menggunakan kata “rekening” dibandingkan “akun”. Misalnya:
  • Orang tidak menyebut akun telepon, melainkan “rekening telepon”.
  • Orang tidak menyebut akun listrik, melainkan “rekening listrik”.
  • Orang tidak menyebut akun air, melainkan “rekening air”
  • Orang tidak menyebut akun bank, melainkan “rekening bank”.
Akun” adalah kata serapan dari bahasa inggris yaitu “account” yang artinya: tempat penampung catatan aktivitas yang tersusun secara koronologis berdasarkan sistim urut tertentu (tanggal misalnya). Sedangkat kata “rekening”, jika saya tidak keliru, adalah bahasa Belanda yang artinya “tagihan” atau dalam bahas Jerman disebut “rechnung” yang artinya juga tagihan.
Setelah era internet tiba, perlahan namun pasti, istilah “akun” makin sering digunakan oleh masyarakat umum, lalu timbul akun-akun yang sifatnya non-keuangan (non-financial accounts) misalnya: akun surat elektronik (email), akun komunitas tertentu (media sosial, forum, blog), dlsb. Saya menulis di JAK pun harus punya akun JAK terlebih dahulu :D

Anatomi Akun Secara Umum

Baik akun atau rekening listrik, telepon, bank, email, media sosial, sama-sama memiliki anatomi sebagai berikut:
  • Identitas Utama Akun (Account’s ID) – Baik itu akun keuangan maupun non keuangan, pasti memiliki identitas utama yang berfungsi sebagai pembeda antara suatu akun dengan akun lainnya. Identitas akun bisa jadi diwakili dengan nama akun atau kode-akun atau keduanya.
  • Keterangan Akun (Account’s Descriptions) – Keterangan akun, baik keuangan maupun non-keuangan sama-sama menjelaskan tentang keberadaan suatu akun, dilengkapi dengan ikhltisar (summary) dari aktivitas akun tersebut.
  • Aktivitas Akun (Account’s Activity)– Kecuali akun yang tidak aktif (idle account), baik yang keuangan maupun non keuangan, sudah pasti ada isinya, yang tiada lain adalah aktivitas yang dilakukan oleh pengguna akun terkait dengan akun tersebut. Akun email isinya berupa arsip email masuk maupun keluar. Akun bank isinya arsip catatan transaksi kas masuk dan keluar. Akun listrik isinya berupa catatan penggunaan listrik. Dan lain sebagainya.
Itu akun secara umum, sebagai pengantar.
Di tulisan ini saya akan fokus untuk membahas akun, kode akun dan bagan akun di wilayah yang sangat spesifik, yaitu: AKUNTANSI.

Apa itu Akun Menurut Akuntansi?

Akuntan dan calon akuntan, sejak di masa kuliah hingga bekerja, sudah sangat familiar dengan istilah “akun”, aktivitas harian tak jauh-jauh dari urusan akun (mulai dari urusan setup system/software akuntansi, pencatatan, pengelompokan, pelaporan, analisa, hingga pemeriksaan laporan keuangan).
Akuntan senior (baca: angkatan lama) lebih suka menggunakan istilah “rekening” atau “pos” (post) untuk menyebut akun, dalam PSAK barupun saya masih sering menemukan istilah “pos”,  itu sebabnya mengapa pekerjaan mencatat dan mengelompokan transkasi ke akun-akun sering disebut “posting”.
Mau disebut akun, rekening, pos, tak masalah. Yang jelas pengertian dan fungsinya sama saja, yaitu: sebagai penampung transaksi keuangan yang disusun secara kronologis berdasarkan tanggal transaksi. Misalnya:
  • Akun/rekening/pos “Kas” – Penampung transaksi-transkasi dalam bentuk kas (tunai)
  • Akun/rekening/pos “Penjualan” – Penampung transaksi-transaksi Penjualan
  • Akun/rekening/pos “Biaya Penyusutan Gedung” – Penampung transkasi-transkasi biaya penyusutan gedung
  • Akun/rekening/pos “Piutang Dagang” – Penampung transaksi-transkasi piutang
  • Dan seterusnya.

Mengapa Akuntansi Perlu Akun-akun?

Sederhananya seperti ini:
  • Pertama, tujuan utama akuntansi adalah untuk menyajikan informasi/data keuangan bermanfaat yang bisa dijadikan sebagai input atau bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bisnis.
  • Kedua, agar bisa bermanfaat sebagai input dalam pengambilan keputusan bisnis, maka informasi keuangan harus bersifat: (a) akurat; (b) relevan; dan (c) mudah dipahami oleh pihak-pihak yang memerlukan (pengguna laporan keuangan: manajemen, pemegang saham, kreditur dan pemerintah).
  • Ketiga, agar mudah dipahami maka informasi keuangan perlu disajikan secara sistematis, logis, dan mudah dianalisa.
  • Keempat, agar tersaji secara sistematis, logis dan mudah dianalisa, maka informasi atau data keuangan tidak disajikan dalam kondisi mentah dan acak, melainkan harus terklasifikasi dan tersusun sedemikian rupa, sesuai dengan karakter usaha, seperti format laporan keuangan yang kita gunakan saat ini.
Itu sebabnya mengapa mekanisme proses akuntansi berlangsung secara bertahap, sebagai berikut:
  • Tahap-1. Mengumpulkan dan menganalisa bukti transaksi
  • Tahap-2. Menghitung transaksi (mengukur)
  • Tahap-3. Mencata transaksi (mengakui)
  • Tahap-4. Mengklasifikasikan transaksi ke dalam akun yang sesuai
  • Tahap-5. Menyusun laporan keuangan (melaporkan)
Catatan: Jika menggunakan software akuntansi, proses klasifikasi di tahap-4 berlangsung secara otomatis pada saat proses pencatatan (tahap-3) dijalankan.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa, akun diperlukan dalam akuntansi sebagai penampung transaksi yang telah terklasifikasi.

Jenis-Jenis Dan Nama Akun Dalam Akuntansi

Dari pemaparan di atas bisa dikatakan bahwa, akun adalah representasi atau perwakilan dari suatu kelompok transaksi. Misalnya: akun “piutang dagang” adalah wakil dari transasksi-transaksi piutang dagang yang jumlahnya mungkin puluhan, ratusan atau bahkan ribuan.
Ada berapa jumlah akun dalam akuntansi, akun apa saja itu?
Disajikan dalam 2 elemen utama Laporan Keuangan, akun-akun tersebar dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi, sehingga secara keseluruhan akun-akun dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Akun TEMPORAL (Temporary Accounts) – Adalah kelompok akun yang nilai saldonya bersifat temporal atau sementara saja, dalam pengertian: nilai saldo akun kelompok ini hanya ada selama kurun waktu suatu periode saja, untuk kemudian ditutup di akhir periode buku. Akun temporal juga sering disebut “Akun NOMINAL” (nominal accounts). Masuk dalam kelompok akun temporal atau akun nominal adalah akun-akun yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi. Pada proses tutup buku di akhir periode seluruh akun yang masuk dalam kelompok ini “DITUTUP”, dengan kata lain nilai saldo semua akun “DI NOL-kan” dengan cara: mendebit akun “Pendapatan”; dan mengkredit akun HPP dan “Biaya Operasional”  dengan akun “Laba Rugi”. Kelompok akun ini kemudian dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu:
a. Akun sub-kelompok “Pendapatan” (Revenue) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Penjualan (Sales) – Untuk menampung transaksi penjualan
  • Retur Penjualan (Sales Return) – Untuk menampung transkasi retur penjualan atau barang kembali (jika menggunakan metode bruto)
  • Diskon (Discount) – Untuk menampung transaksi diskon (jika menggunakan metode bruto)
  • Pendapatan Lain-lain (other revenues) – Untuk menampung transaksi pendapatan yang berasal dari aktivitas di luar aktivitas utama usaha (sering disebut peredaran di luar usaha), termasuk pendapatan bunga jasa giro dari rekening bank.
b. Akun sub-kelompok “Harga Pokok Penjualan” (Cost of Goods Sold) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Upah Buruh (Labor Cost) – Upah bagi pegawai/buruh yang dibayar secara harian atau upah satuan
  • Pembuatan Sample (Sampling) – Pembuatan sample produk sebelum produksi, termasuk bahan baku dan proses
  • Pengemasan (Packing) – Pengemasan produk, termasuk bahan baku dan proses
  • Pengiriman (Shipping) – Pengiriman barang ke pembeli, baik sample maupun produksi.
  • Listrik Pabrik (Electricity)– Penggunaan listrik yang dialokasikan untuk aktivitas produksi, termasuk penerangan, pemanas dan pendingin gudang penyimpnanan bahan baku dan barang jadi.
  • Penyusutan Bangunan Pabrik – Penyusutan bangunan pabrik dan gudang penyimpanan bahan baku dan barang jadi
  • Pemeliharaan Bangunan Pabrik – Pemeliharaan gedung, termasuk pemeliharaan instalasi listrik.
  • Penyusutan Mesin – Penyusutan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi, temasuk di dalamnya mesin pendingin (non-AC), pemanas, genset.
  • Pemeliharaan Mesin – Pemeliharaan mesin produksi (lihat mesin di atas), termasuk pemeliharaan instalasi mesin.
  • Penyusutan Peralatan Pabrik – Penyusutan peralatan kerja di produksi
  • Pemeliharaan Peralatan – Pemeliharaan peralatan kerja di produksi
c. Akun Sub-Kelompok “Biaya Operasional” (Operating Expenses) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Administrasi Umum – Biaya adminstrasi umum seluruh perusahaan
  • Gaji Pegawai Kantor – Gaji pegawai tetap disemua bagian (termasuk di bag produksi)
  • Stationary & Supplies – Penggunaan stationary dan supplies seluruh bagian, termasuk toiletries, pencetakan form/blanko dan foto copy.
  • Penyusutan Bangunan Kantor – Penyusutan bangunan kantor dan bangunan-bangunan lain di luar pabrik dan gudang penyimpanan, termasuk bangunan parkir dan post penjagaan.
  • Pemeliharaan Bangunan Kantor – Pemeliharaan untuk bangunan kantor (lihat bangunan kantor di atas)
  • Penyusutan Peralatan Kantor – Penyusutan perlatan yang tidak digunakan untuk aktivitas produksi, termasuk di dalamnya komputer dan AC di seluruh bagian)
  • Penyusutan Furniture – Penyusutan furniture (meja & kursi) di seluruh bagian perusahaan
  • Pemeliharaan Furniture – Pemeliharaan untuk furniture (lihat furniture di atas)
  • Penyusutan Kendaraan – Penyusutan kendaraan operasional kantor, termasuk kendaraan dinas yang digunakan oleh executive, manajer, dan pegawai di seluruh bagian.
  • Pemeliharaan Kendaraan – Penyusutan kendaraan operasional (lihat kendaraan di atas), termasuk SAMSAT & KIR
  • Asuransi – Biaya asuransi bangunan, mesin dan pegawai.
  • Listrik Kantor – Listrik yang digunakan untuk keperluan kantor termasuk aktivitas-aktivitas yang tidak ada di bagian produksi
  • Telepon – Penggunaan telepon di seluruh bagian (fixed line dan cellular), termasuk penggunaan mobile phone yang digunakan oleh executive, manager dan pegawai yang ditanggung oleh perusahaan.
  • Perjalanan Dinas – Biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas peralanan dinas, ticket, akomodasi, transportasi, termasuk akomodasi dan transaportasi tamu perusahaan yang berkunjung dan ditanggung oleh perusahaan.
  • Iklan & Promosi – Iklan dan promosi untuk keseluruhan bagian, termasuk iklan lowongan dari HRD.
  • Lain-Lain – Biaya-biaya operasional yang tidak bisa digolongkan kedalam akun yag telah ada.
  • Pajak Penghasilan – Pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan)
  • Bunga – Bunga atas pinjaman baik dari bank maupun institusi lain.
2. Akun PERMANEN (Permanent Accounts) – Adalah kelompok akun yang nilai saldonya bersifat permanen alias TETAP, dalam pengertian: nilai saldo akun kelompok ini selalu tersedia, tidak pernah ditutup, selama perusahaan beroperasi. Akun permanen juga sering disebut “akun RIIL” (real account). Masuk dalam kelompok akun permanent atau akun riil adalah akun-akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan alias Neraca. Akun-akun dalam kelompok ini TIDAK PERNAH DITUTUP. Nilai saldo kelompok akun ini terus diroll alias dilanjutkan diperiode-periode berikutnya. Teknisnya, saldo akhir di suatu periode akan menjadi saldo awal di periode berikutnya. Kelompok akun ini kemudian dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu:
a. Sub-Kelompok “Aset Lancar” (Current Assets) – Meminjam penjelasannya IAS 1 dan PSAK 1, Aset Lancar adalah aset (kekayaan perusahaan) dalam bentuk kas atau setara kas untuk menyelesaikan kewajiban (utang/laibilitas) sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan; ATAU dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan; ATAU dapat direalisasikan dalam “siklus operasi normal” perusahaan; ATAU dimiliki untuk maksud diperdagangkan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Kas Kecil – Ase berupa kas atau uang tunai yang disimpan secara fisik di dalam perusahaan (selain check)
  • Kas Bank – Aset berupa kas yang ada di bank baik dalam bentuk tabungan maupun giro
  • Investasi Jangka Pendek – Aset berupa efek ekuitas dan ekuitas sekuritas yang diperdagangkan
  • Piutang Dagang – Aset berupa tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan, termasuk: piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif).
  • Persediaan – Aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi).
  • Uang Muka Biaya & Deposit – Aset yang timbul akibat pembayaran dimuka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode, itu sebabnya akun ini sering diberi nama “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.
b. Sub-Kelompok “Aset Tak Lancar” (Non-Current Assets) – Aset tak lancar adalah aset (kekayaan perusahaan) yang tidak memenuhi kriteria yang disebutkan dalam kelompok “aset lancar” di atas. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Investasi Jangka Panjang – Aset berupa instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang, biasa disebut “held-to-maturity”.
  • Property Investasi – Aset berupa property (=tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
  • Tanah – Aset berupa tanah atau lahan yang digunakan untuk operasional persuahaan.
  • Bangunan – Aset berupa bangunan yang digunakan untuk operasional perusahaan, mulai dari tempat parkir, post satpam, gudang, pabrik, kantor, dan lain sebagainya.
  • Mesin – Aset berupa mesin yang digunakan untuk operasional perusahan, mesin apapun itu. Artinya semua mesin di seluruh bagian.
  • Peralatan – Aset berupa perlatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Artinya semua peralatan di seuluruh bagian.
  • Furniture – Aset berupa furniture dan mebeler yang digunakan oleh perusahaan, di seluruh bagian.
  • Kendaraan – Aset berupa kendaraan yang dimiliki dan digunakan untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan, termasuk kendaraan-kendaraan dinas, baik roda dua maupun roda empat.
  • Aset Tak Berwujud – Aset tak lancar yang tidak memiliki wujud fisik akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Misalnya: goodwill, merk, patent, copyright dan biaya organisasional, perijinan.
  • Aset Dimiliki Untuk Dijual – Aset berupa tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, dlsb, yang segera akan dijual. Bisa jadi awalnya untuk operasional, tetapi begitu akan dijual dipindahkan ke dalam akun ini. Bisa dibilang akun ini sesungguhnya sangat jarang digunakan.
  • Aktiva Lain-lain – Aset yang tidak memenuhi kriteria lancar tetapi tidak bisa digolongkan kedalam akun aset tak lancar yang telah disebutkan di atas.
c. Sub-Kelompok “Liabiliats Lancar” (Current Liabilities) – Kewajiban atau liabilitas yang: diharapkan bisa dibayar/dilunasi dalam kurun waktu operasional normal perusahaan; ATAU yang jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan; ATAU dimiliki untuk maksud diperdagangkan; ATAU perusahaan tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Utang Dagang
  • Utang Tertulis Jangka Pendek
  • Utang Upah dan Gaji Pegawai
  • Utang Pajak
  • Utang Lain-lain
  • Pendapatan Diterima Dimuka
  • Deposit Dari Pelanggan
  • Sewa Diterima Dimuka
d. Sub-Kelompok “Liabilitas Tak Lancar” (Non-Current Liabilities) – Kewajiban atau liabiltas perusahaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu siklus atau satu tahun buku. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah utang yang diberi nama:
  • Utang Bank Jangka Panjang
  • Utang Sewa Jangka Panjang
  • Promes
  • Premi Asuransi Pensiun
  • Liabilitas Pajak Tangguhan
e. Sub-Kelompok “Ekuitas Pemegang Saham” (Shareholder’s Equity) – Klaim atau kepemilikan pihak luar terhadap kekayaan perusahaan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Modal Saham
  • Tambahan Modal Disetor
  • Laba Ditahan
  • Akumulasi Laba/Rugi Komprehensif Lain
Catatan Penting:
Sub-kelompok akun relative pasti dan lumrah digunakan. Sedangkan nama-nama akun yang ada dalam suatu kelompok sub-akun cenderung variatif antara satu perusahaan dengan yang lainnya, tergantung jenis dan karakter operasional perusahaan masing-masing.
Agar dapat gambaran yang lengkap dan komprehensif, terkait topik akun dalam akuntansi, saya singgung sedikit mengenai buku besar (ledger) dan saldo akun (account balance.)

Apa Itu Buku Besar (Ledger) dan Apa Hubungannya Dengan Akun?

Seperti telah disimpulkan di atas, akun adalam penampung transaksi-transaksi keuangan. Kumpulan transaksi-transaksi dalam suatu akun inilah yang disebut “Buku Besar” atau “Ledger”. Sehingga, bisa dibilang bahwa nama suatu akun sekaligus menjadi nama suatu ledger atau buku besar.
Misalnya: Atasan di kantor meminta, “Tolong kirimi saya ledger Penjualan Januari 2013”, artinya: anda diminta untuk mengirimkan data transaksi Penjualan bulan Januari 2013. Data itu bisa anda peroleh dengan mengambil data yang ada di dalam AKUN “Penjualan.”
Contoh Ledger Penjualan (Januari 2013):
01 Jan 2013, Saldo Awal Penjualan                     = Rp 0
03 Jan 2013, Penjualan ke PT. ABC                    = Rp 35,000,000 >>> Positive
03 Jan 2013, Diskon Penjualan ke PT. ABC         = (Rp 5,000,000) >>> Negative
15 Jan 2013, Penjualan ke PT. XYZ                     = Rp 70,000,000 >>> Positive
19 Jan 2013, Penjualan PT. DEF                         = Rp 25,000,000 >>> Positive
31 Jan 2013, Retur Penjualan PT. XYZ                 = (Rp 15,000,000) >>> Negative
31 Jan 2013, Saldo Akhir                                    = Rp 110,000,000 >>> Positive


Apa Itu Saldo Akun?
Jika atasan tidak punya cukup waktu untuk melihat rincian transaksi, mungkin dia bertanya “Berapa saldo penjualan Januari 2013?”.
Nah, apa itu saldo?
Seperti terlihat dalam contoh ledger sederhana di atas, masing-masing transaksi yang ada dalam suatu akun, memiliki nilai bersatuan Rp (atau USD/EURO/AUD/Yen/Real/dlsb) yang bisa jadi bernilai positive (menambah) atau negative (mengurangi).
Jika semua transaksi bernilai positive dikumpulkan menjadi satu kelompok lalu ditempatkan di suatu sisi dalam format “T-ACCOUNT”, dan semua transaksi bernilai negative dikumpulkan menjadi satu kelompok lalu ditempatkan di sisi lainnya, maka akan timbul selisih. Nah, selisih antara total transaksi bernilai positive dengan negative inilah yang disebut ‘SALDO” atau “BALANCE”.
Jika saya tempatkan dalam format T-Account, maka contoh ledger Penjualan Januari 2013 di atas akan nampak sebagai berikut:
Bagan Akun - T Account
Saldo Per 31 Januari 2013 adalah Rp 110,000,000 yang tiada lain adalah “selisih” atau “penyeimbang” antara total transaksi yang bernilai negative (mengurangi) dengan yang bernilai positive (menambah). Karena bersifat menyeimbangkan inilah maka disebut “balance” atau “saldo”. Saldo di awal periode disebut “Saldo Awal”, sedangkan yang di akhir periode disebut “saldo akhir”.
Contoh:
Menggunakan contoh ledger Penjualan di atas:
  • Berapa “saldo awal” akun penjualan Januari 2013? Jawab: 0 (nol).
  • Berapa “saldo akhir” akun penjualan Januari 2013? Jawab: Rp 110,000,000
Catatan Penting:
Ada 2 catatan penting yang ingin saya sampaikan, khususnya untuk rekan calon akuntan yang belum pernah bekerja:
Pertama, pada pekerjaan akuntansi yang sesungguhnya, di era komputerisasi sekarang ini, anda tidak akan menggunakan T-Account. Tampilan buku besar (ledger) yang sesungguhnya, baik di Excel atau software akuntansi, sama persis seperti contoh ledger di atas, anda TIDAK AKAN PERNAH MENJUMPAI YANG NAMANYA T-ACCOUNT.
Transaksi dalam buku besar atau ledger cukup ditampilkan berurut berdasarkan tanggal, tentunya dengan nilai positive dan negative pada masing-masing transaksi. Nilai negative dalam ledger mungkin hanya berupa tanda minus (-) atau angka berwarna merah atau angka di dalam tanda kurung (000). Saldo bisa diketahui hanya dengan menjumlahkan keseluruhan nilai transaksi baik positive maupun negative.
Kedua, dalam praktek pekerjaan sehari-hari, yang namanya “saldo” tidak selalu di akhir periode (akhir bulan/kwartal/semester/tahun). Bisa saja atasan atau anggota manajemen yang lain meminta “Berapa saldo penjualan hari ini?” atau “Berapa saldo piutang kemarin”, dan lain sebagainya.
Contoh:
Menggunakan contoh ledger penjualan tadi, jika atasan bertanya “Berapa saldo tanggal 15 Januari 2013?
Jawab: Rp 100,000,000.
Darimana dapat angka tersebut?
Dari hasil penjumlahan saldo awal januari dan transaksi-transaksi penjualan sepanjang 1 s/d 15 Januari 2013, sebagai berikut:
01 Jan 2013, Saldo Awal Penjualan                      = Rp 0
03 Jan 2013, Penjualan ke PT. ABC                     = Rp 35,000,000 >>> Positive
03 Jan 2013, Diskon Penjualan ke PT. ABC          = (Rp 5,000,000) >>> Negative
15 Jan 2013, Penjualan ke PT. XYZ                      = Rp 70,000,000 >>> Positive
15 Jan 2013, Saldo Akhir                                     = Rp 100,000,000

Bagaimana jika jumlah transaksi mencapai ribuan? Anda bisa menggunakan Excel tentunya.
Lebih bagus lagi jika menggunakan software atau aplikasi akuntansi. Dengan software, setiap kali anda mencatat suatu transaksi, software akan secara otomatis mengklasifikasikannya ke dalam akun yang sesuai. Sehingga, praktis, saldo akun bisa diketahui sewaktu-waktu, tidak selalu harus di akhir periode (bulan/kwartal/semester/tahun).
Anda masih mengikuti? Sudah ngantuk atau malah pusing?
Sampai di sini, bisa disimpulkan beberapa hal:
  • Akun, adalah penampung transaksi-transaksi keuangan yang sudah terklasifikasi.
  • Akun-akun, di kelompokan ke dalam sub-sub akun.
  • Sekumpulan sub-akun, membentuk jenis akun (temporal dan permanent) yang juga menjadi komponen utama laporan keuangan (Laba Rugi dan Neraca).
  • Buku Besar (Ledger), adalah kumpulan transaksi-transaksi yang ada dalam suatu akun.
  • Saldo Akun, jika menggunakan format T-Account, adalah selisih atau penyeimbang antara total nilai transaksi bernilai negative dengan positive. Sedangkan jika memakai ledger yang tidak berformat T-account, maka saldo akun adalah total keseluruhan nilai transaksi—baik positive maupun negative—yang ada di dalam suatu akun.
  • Saldo Akhir, adalah saldo di akhir periode.
  • Saldo Awal, adalah saldo di awal periode.
Tag : ,

Tips Akuntan

By : AdiMPS

1. Hati-hati, Jangan Salah Ketik Tahun

Ini jenis kesalahaan lumrah dan khas terjadi di awal tahun: salah input tahun. Kesalahan ini bisa terjadi di berbagai jenis aktivitas: dalam komunikasi email, dalam PO, dalam SO, surat yang dikirimkan ke supplier/pelanggan, dalam laporan, dan input data keuangan ke dalam system. Tanggal dan bulannya sudah benar, namun tahunnya masih 2012.
Sepanjang karir saya, entah mengapa, kesalahan ini masih tetap berulang, terutama di minggu-minggu pertama tahun baru. Saya tidak tahu mengapa demikian.
Untuk sementara saya menduga karena selama 365 hari kita memasukan angka tahun yang sama (2012 misalnya) secara terus-menerus. Jika dihitung-hitung berapa kali kita (akuntan atau pegawai accounting) memasukan angka tahun dalam sehari? 5 atau 50 atau 500 kali? Kalikan angka tersebut dengan 365. Frekwensi dan intensitasnya, tinggi.
Aktivitas yang dilakukan secara konstan sepanjang waktu, dengan frekwensi dan intensitas yang tinggi, sudah pasti menimbulkan reflek. Sehingga tanpa diperintah otak, jari sudah memasukan angka 2012, di luar kendali kita, padahal ini sudah tahun 2013.
Mungkin sebagian orang menganggap spele, tetapi buat saya pribadi ini hal yang sangat serius. Bayangkan, misalnya:
Seorang Accounts Receivable Accountant mengirimkan surat tagihan kepada pelanggan di luar negeri sana, dengan tanggal jatuh tempo yang benar namun tahunnya salah. Apa yang akan terjadi?
  • Pertama, pelanggan menunda pembayaran karena masih perlu mengirimkan surat atau email balik untuk mengkonfirmasikan tanggal. Dalam case yang lebih serius, mungkin pelanggan pikir itu tagihan lama (tahun lalu) yang baru sampai, sehingga diacuhkan, tidak ditanggapi berhari-hari, setidaknya sampai si A/R accountant mengirimkan surat kembali. Berapa hari yangs udah terbuang?
  • Kedua, jika urusan tanggal dan tahun saja sudah tidak reliable, apakah pelanggan bisa mempercayai angka-angka uang yang ada di dalam invoice (tagihan)? Saya meragukannya.
Kan bisa jelaskan itu cuma salah ketik tanggal jatuh tempo, masa pelanggan tidak mau mengerti”, mungkin ada yang berpikir seperti itu. Rata-rata pelanggan bisa mengerti, tetapi tetap saja menyisakan keraguan mengenai akurasi data-data yang lain, disamping juga menimbulkan kesan tidak profesional.
Itu baru satu pegawai. Bagimana jika dari 200 total pegawai di seluruh departemen, ada 20 orang melakukan kesalahan semacam itu? Bayangkan jika akuntan atau pegawai accounting melakukan kesalahan itu. Sangat merepotkan.
Oleh sebab itu, aktivitas yang saya lakukan pertama kali masuk kantor—setelah tahun baru—adalah mengirimkan email dan sms edaran yang mengingatkan semua staff untuk menyadari kemungkinan salah ketik tahun, terutama staff accounting, keuangan dan pajak.
Saran saya, berhati-hatilah dalam mengetik angka tahun, setidaknya untuk beberapa minggu ini, ingat ini sudah tahun 2013 :D Dan jika anda kebetulan seorang atasan, mungkin tak ada salahnya membroadcast warning kepada staf mengenai hal ini. Bukankah tindakan preventive selalu diperlukan dan pekerjaan merevisi itu lebih mahal biayanya?

2. Review dan Update Template/Form

Akuntan dan orang accounting pada umumnya banyak bekerja menggunakan template dan form, baik yang digital maupun fisik. Mulai dari invoice, voucher, slip, rekonsiliasi, pajak, dan lain sebagainya.
Template dan form membantu mempercepat pekerjaan orang accounting. Bisa mempercepat proses kerja yang sifatnya konstan dan rutin. Bayangkan jika setiap kali akan menjurnal anda harus membuat layout voucher, atau setiap kali akan menerbitkan invoice anda harus membuat format invoice. Di sinilah fungsi template dan form terlihat.
Tapi apa jadinya jika template dan formnya sudah tidak relevan lagi? Tidak hanya mubazir bahkan bisa membuat pekerjaan menjadi salah. Untuk itu perlu direview secara berkala. Awal tahun baru adalah waktu yang tepat untuk maksud tersebut.
Perhatikan tahun. Template dan form tertentu, baik fisik maupun digital, mungkin disertai tahun (sementara tanggal dan bulan mungkin blank). Jika ada yang pakai tahun, jangan lupa ganti tahunnya. Review semua template dan form satu-persatu, lalu revisi.
Perhatikan juga accounting procedure dan policy. Jika ada perubahan, sudahkah template dan form sesuai dengan procedure dan policy yang baru? Jika belum, update dan sesuaikan.

3. Jangan Lupa Hapus (Write-Off) Biaya-Biaya Yang Diakrualkan

“Biaya diakrualkan” (accrued expenses) yang saya maksudkan dalam hal ini BUKAN “sistem akuntansi akrual lawannya cash-basis” secara umum (misal: penjualan kredit dicatat sebagai penjualan lalu dilawankan piutang), bukan. Bukan itu yang saya maksudkan.
Yang saya maksudkan dengan “Biaya Diakrualkan” adalah: biaya yang nilai nominalnya belum anda ketahui secara pasti, tetapi karena diburu-buru oleh tutup buku, terpaksa anda akui dengan menggunakan estimasi—untuk sementara—dengan melawankan akun biaya diakrualkan (accrued expense).
Misalnya:
Biaya Listrik. Penggunaan listrik bulan Desember 2012 seharusnya anda akui sebagai “Biaya Listrik” di bulan Desember 2012 juga, betul? Sayangnya angka tagihan listrik biasanya baru diketahui setelah tanggal 5 bulan berikutnya, berarti sekitar tanggal 6 Januari 2013.
Di satu sisi anda harus tutup buku, artinya biaya listrik Desember 2012 sudah harus anda akui selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2012. Di sisi lainnya anda belum tahu angka biaya listrik yang pasti, sehingga terpaksa anda mengakui biaya listrik bulan Desember dengan angka kira-kira (biasanya pakai angka bulan sebelumnya), Rp 5,000,000 misalnya.
Karena belum ada angka pasti, maka anda belum bisa mengakui “Utang – PLN”. Dalam kondisi seperti ini, prinsip yang berlaku (dalam pekerjaan yang sesungguhnya) adalah: BIAYA boleh diestimasi namun KEWAJIBAN kepada pihak lain, TIDAK BOLEH. Solusinya: sebagai pengganti akun “Utang”, anda menggunakan akun “Biaya Listrik Diakrualkan” (Accrued Electricity Expense). Dengan demikian maka anda memasukan jurnal berikut ini pada tanggal 30 Desember 2012:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 5,000,000
[Kredit]. Biaya Listrik Diakrualkan = Rp 5,000,000

Note:
“Biaya listrik” masuk ke Laporan Laba Rugi, sedangkan “Biaya Listrik Diakrualkan” masuk ke Laporan Posisi Keuangan (Neraca)—tepatnya di kelompok “Liabilitas Jangka Pendek”—untuk tahun buku 2012.
Pada saat tutup buku 31 Desember 2012, saldo akun “Biaya Listrik” di tutup ke akun “Laba Rugi”. Sedangkan saldo akun “Biaya Listrik Diakrualkan” untuk sementara tetap ngendon di Neraca.
Saat angka nominal tagihan listrik sudah diketahui (tanggal 5 atau 6 Januari 2013 misalnya), katakanlah Rp 5,500,000 sebagai contoh, akun “Biaya Listrik Diakrualkan Rp 5,000,000” harus DIHAPUS atau di writeoff (kadang disebut cleared/washed) dengan jurnal sbb:
[Debit]. Biaya Listrik Diakrualkan = Rp 5,000,000
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 500,000
[Kredit]. Utang – PLN = Rp 5,500,000

Dengan dimasukkannya jurnal penghapusan ini maka:
Saldo Biaya Listrik Diakrualkan = 0 (nol)
Timbul Biaya Listrik = Rp 500,000
Timbul Utang – PLN = Rp 5,500,000

Mengapa timbul biaya listrik Rp 500,000?” mungkin ada yang bertanya seperti itu. Jelas, karena di Desember 2012 anda mengakui biaya listrik hanya sebesar Rp 5,000,000 (menggunakan estimasi), faktanya tagihan yang muncul kan Rp 5,5000,000. Maka sudah benar selisihnya yang Rp 500,000 diakui di Januari 2013.
Berarti biaya listrik Januari 2013 akan lebih diakui (overstatement) Rp 500,000 dong?” mungkin anda berpikir demikian. Jawabannya: betul. Tapi jangan khawatir, laba rugi 2013 tidak akan understatementoleh karenanya, sebab laba rugi 2012 anda overstatement, sehingga laba ditahan (retained earning) akan benar dengan sendirinya alias self-corrected.
Tapi laporan keuangan 2012 kan jadi tidak akurat?” Iya, tapi itu sudah konsekwensi, anda dihadapkan pada pilihan antara relevansi (ketepatwaktuan laporan) dengan akurasi. Secara prinsipiil, tindakan ini dibolehkan, toh akan terkoreksi di 2013.
Biaya diakrualkan (accrued expenses) juga bisa terjadi di biaya-biaya lain, sepanjang nominal pengakuan biaya menggunakan nilai estimasi (angka pasti belum diketahui). Upah Buruh dan Biaya Gaji misalnya, terutama bila cut-off date penghitungan upah dan gaji setelah tanggal 30. Contoh: “Upah Buruh” dan “Biaya Gaji” untuk Desember 2012 harus anda akui bulan Desember 2012, betul? Karena cut-off date penghitungan gaji adalah tanggal 31 sore hari, maka pihak HRD baru bisa menyerahkan data upah dan gaji keesokan harinya atau 2 hari setelahnya, berarti anda baru dapat data tanggal 2 Januari 2013, artinya: pengakuan “Upah Buruh” dan “Biaya Gaji” menggunakan nilai estimasi.
Jika anda ada mengakui “Biaya Diakrualkan” seperti yang saya jelaskan di atas, sebaiknya segera kejar angka nominal pastinya, lalu lakukan writeoff, mumpung masih hangat dalam ingatan. Jangan sampai lupa lalu menumpuk. Dengan semikian, maka buku anda jadi benar-benar bersih di awal tahun 2013 ini.

4. Siapkan Laporan Fiskal & Review Pajak

Ya, saya tahu kita masih ada waktu 3 bulan sebelum batas akhir pelaporan SPT tahun fiskal 2012 tiba. Pengalaman saya pribadi (mungkin hanya saya yang merasakan), kesibukan menjalankan aktivitas kerja akuntansi seringkali membuat waktu 3 bulan berlalu begitu saja, tanpa kita sadari ternyata batas pelaporan SPT sudah di depan hidung.
Bagimanapun juga, menurut saya pribadi, tidak ada salahnya jika mulai dipersiapkan dari sekarang. Misalnya:
  • Review jadwal penyusutan aktiva tetap, terutama bila laporan komersial dan fiskal menggunakan metode penyusutan yang berbeda.
  • Susun laporan keuangan fiskal (jika berbeda dengan laporan komersial), setidaknya mulai review kemungkinan timbulnya koreksi-koreksi (baik yang positive maupun negative), termasuk kemungkinan adanya aset dan liabilitas pajak tangguhan (perlu/tidak?).
  • Jika menggunakan konsultan pajak, setup jadwal meeting untuk membahas penyusunan laporan fiskal dan SPT 2012 yang akan dilaporkan di bulan Maret 2013 nanti. Jika memiliki staf bagian pajak internal, mulai berkoordinasi. Siapa tahu ada perkembangan baru—di wilayah perpajakan—yang belum sempat disampaikan (oleh konsultan), termasuk penerapan PTKP yang baru per 2013 ini.
Saya pikir, ini bisa menjadi bahan warming up yang sekaligus memberikan nilai tambah yang lumayan signifikan.

5. Review Tunggakan Pekerjaan

Kesibukan tutup buku yang begitu padat, sering membuat kita terpaksa menunda beberapa pekerjaan, terutama yang masuk kelompok “low – medium priority”.
Mumpung tensi masih tergolong renggang, ini bisa menjadi kesempatan baik untuk mengerjakan hal-hal yang sempat terpending di 2012. Mulai dengan pekerjaan-pekerjaan pending yang tergolong medium priority, terutama yang menyangkut pihak (orang atau departemen) lain, termasuk supplier mungkin.
Sukur-sukur kalau bisa dituntaskan sepenuhnya, sehingga di 2013 ini anda benar-benar menjalankan sesuatu yang baru saja, dan yang paling penting: UTANG komitmen/pekerjaan LUNAS terbayar. Bagus untuk menjaga kredibilitas dan akuntabilitas.

6. Review Dan Rapikan Semua Akun Di System (Software Akuntansi)

Khususnya rekan akuntan dan pegawai accounting yang bekerja di perusahaan. Permintaan pihak manajemen akan data dan laporan yang detail cenderung membuat orang accounting menjadi terpaksa membuat akun-akun yang bersifat menyokong akun utama. Sehingga, sering berjalannya waktu sepanjang tahun, tanpa disadari jumlah akun membengkak. Ini lumrah terjadi di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.
Load pekerjaan akuntansi itu sendiri sudah banyak, ditambahi dengan dengan permintaan-permintaan data yang mendadak (kadang tidak lumrah?) dari pihak manajemen, jadilah akun-akun yang jumlahnya banyak itu berantakan, chaos.
Ingat dengan efek spiral menurun yang pernah saya sampaikan di ditulisan lain? Akun yang tidak rapi menghambat pekerjaan. Jumlah akun banyak yang cenderung detail sering menimbulkan keragu-raguan bahkan kebingungan saat posting (menjurnal). Disamping itu, akun yang tidak teratur juga membuat pencarian suatu data menjadi lama.
Oleh sebab itu, akun perlu direview secara berkala. Awal tahun buku seperti sekarang ini adalah momen yang tepat untuk melakukan itu. Review akun satu-per-satu:
  • Perhatikan sistematika susunan kode akun, apakah sudah kronologis—mengikuti urutan penyajian di laporan keuangan atau loncat-locat?
  • Periksa deskrispi akun, apakah sudah cukup deskriptif mewakili isi transaksi yang ada di dalamnya? Deskripsi akun yang tepat dan jelas bisa mengurangi keragu-raguan saat posting.
  • Pertimbangkan kemanfaatan masing-masing akun, apakah akun ini sungguh-sungguh diperlukan? Apakah akun itu masih diperlukan? Bagimana jika digabung dengan akun lain?
  • Terakhir, update akun, sesuai hasil review.

7. Rapikan Arsip

Akuntan tidak bisa hidup tanpa arsip. Bagaimana tidak, data akuntansi sendiri adalah data historis—kejadian ekonomis di masa yang telah lewat. Melakukan validasi transaksi butuh arsip. Membayar vendor perlu arsip. Audit butuh arsip. Laporan fiskal wajib didukung oleh arsip.
Seperti akun, arsip juga cenderung mudah berantakan tanpa kita sadari. Kesibukan menjalankan aktivitas pekerjaan utama selama 2012 kemarin mungkin membuat anda mengabaikan urusan pengarsipan. Nah, sekarang waktu yang pas untuk merapikannya.
Review arsip—fisik dan digital:
  • Apakah semua file sudah masuk ke folder yang sesuai?
  • Apakah susunan file di dalam folder sudah kronologis sesuai nomor referensi transaksi atau tanggal? Periksa dan rapikan kalau ada yang loncat.
  • Apakah semua folder sudah diberik nama/nomor yang sesuai? Apakah folder sudah tersusun sesuai urutan yang biasanya? Periksa dan rapikan.
  • Khususnya arsip digital, apakah nama arsip dan folder sudah konsisten menggunakan penamaan atau penomoran yang sesuai? Apakah sudah tersimpan di folder yang sesuai?
Temukan dan hapus/hilangkan file-file yang tidak diperlukan. Jika tidak yakin untuk menghapus (mungkin anda pikir akan perlu dikemudian hari), pindahkan ke folder khusus—supaya tidak mengganggu folder-folder utama.
Lebih jauh mengenai pengarsipan, silahkan baca “cara pengarsipan akuntansi yang efektif”—yang sudah pernah saya bahas sebelumnya.

8. Review dan Buat Kalender Kerja 2013

Tanggal adalah kawan karib akuntan. Seperti telah saya sampaikan di point pertama, intensitas penggunaan tanggal di wilayah akuntansi sangat tinggi. Yang ingin saya tekankan di sini adalah pentingnya memperhatikan kalender baru 2013, untuk membuat perencanaan kerja.
Perhatikan hari libur nasional (tanggal merah), di minggu keberapa terjadi, lalu bandingkan dengan event-event rutin di akuntansi, diantaranya:
  • Event tutup buku bulanan;
  • Event gajian;
  • Event penyetoran dan pelaporan pajak;
  • Event penyetoran dan pelaporan jamsostek;
  • Salah satu staff sedang hamil dan akan ambil cuti dalam waktu dekat
  • Dan lain sebagainya.
Adakah diantara event-event tersebut yang akan jatuh di tanggal merah atau libur nasional? Adakah yang jatuh di libur panjang hari raya?
Jika ada, bagaimana cara anda mengatur pekerjaan agar tanggal-tanggal merah dan libur itu tidak sampai menghambat pekerjaan?
Itu yang saya maksudkan dengan kalender kerja.
Kita akuntan, bukan sekretaris. Tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan kalender setiap saat. Tetapi bukan berarti boleh bilang: “wahhh saya nggak tahu ternyata minggu ini ada tanggal merahnya”. Pihak eksternal tidak akan menerima alasan seperti itu. Solusinya, buat kalendar kerja 2013 yang akan anda berlakukan selama satu tahun ke depan. Tidak perlu didetail, cukup tandai event-event penting, buat reminder di komputer (mungkin di outlook express).

9. Buat Rencana dan Target Karir 2013

Bagimanapun juga kita berkarir. Dan karir perlu direncanakan dengan baik. Jangan sampai menghabiskan waktu terlalu banyak sementara tidak ada perkembangan yang signifikan.
Idealnya, karir bertumbuh seiring dengan pengalaman dan skill kerja yang berhasil diakumulasikan. Namun dalam banyak kasus, kondisi ideal tersebut tidak selalu terjadi. Untuk itu perlu evaluasi dan perencanaan ke depan yang jelas.
Tidak perlu berpikir ruet bin njlimet, cukup jawab 3 pertanyaan di bawah ini:
  • Apakah semua fungsi dan tugas yang ada di job description sudah dilaksanakan selama 2012 kemarin? Jika ada yang belum, maka di tahun 2013 ini mesti jadi top priority.
  • Dari fungsi dan tugas yang sudah terlaksana, seberapa berhasil? Adakah yang tingkat keberhasilannya di bawah standar? Jika ada, apa yang perlu anda lakukan di 2013 agar meningkat?
  • Apakah sudah mematuhi prosedur dan kebijakan perusahaan? Adakah prosedur atau kebijakan yang anda langgar selama 2012 kemarin? Jika ada, maka di 2013 ini tidak boleh terjadi lagi. Jika pelanggaran yang anda lakukan didorong oleh suatu sistem atau kebijakan atau pengaturan kerja di departemen anda sendiri, bicarakan dengan atasan atau pihak HRD, cari resolusi bersama.
Jika tidak ada job description atau tidak ada standar ukur, pergunakan pola pikir sederhana ini:
  • Tugasku adalah bekerja sebaik-baiknya
  • Aku tidak boleh melanggar aturan, prosedur dan kebijakan perusahaan
  • Aku harus mencari cara untuk mempercepat, meningkatkan volume dan kualitas hasil kerja
Prosedur dan kebijakan perusahaan mempengaruhi karir anda. Untuk itu review prosedur dan kebijakan perusahaan terkait dengan karir anda, apakah ada perubahan jika dibandingkan tahun 2012? Jika ada, bandingkan dengan rencana karir anda, sesuikan dan revisi.
Khusus target karir, tidak usah yang muluk-muluk. Target hal-hal yang sederhana namun memberi nilai tambah yang nyata.

10. Konsolidasi Diri dan Team

Sembilan hal yang telah dibahas di atas, saya pikir, sudah merupakan bekal yang cukup untuk memasuki 2013. Mudah-mudahan. Melakukan kesembilan atau sekurang-kuragnya 7 diantaranya, mestinya anda sudah tahu apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan di 2013, sehubungan dengan aktivitas kita di wilayah akuntansi dan keuangan.
Kondoslidasikan diri. Jika punya team, konsolidasikan team. Siapkan mental untuk mencetak prestasi-prestasi di 2013. Siapkan mental untuk mengambil peluang promosi jabatan. Dan sadari bahwa jika anda tidak siap, sudah pasti ada orang yang lebih siap.
Tag : ,

Membuat Daftar Isi

By : AdiMPS
Pada postingan terdahulu sudah saya membahas mengenai Cara Membuat Widget Daftar Isi Blog Otomatis
Untuk kali masih dengan artikel yang sama, tetapi mungkin yang ini lebih keren karena menggunakan Akordion dengan sortir label.

 

Berikut panduan Cara Membuat Daftar Isi Keren dengan Akordion sortir by label, ikuti langkah-langkah berikut:
  • Pertama-tama klik menu Laman pada sidebar. Kemudian, pada menu Laman Baru pilihlahLaman Kosong:

Setelah itu Anda akan melihat formulir halaman statis seperti ini. Klik mode HTML:


Salin kode di bawah ini kemudian letakkan di dalam formulirnya: 
======================= 
<div style="overflow:auto; border: 1px solid #000000; margin: auto; 
padding: 3px; width: 100%; height: 500px; background-color: none; 
text-align: left;">
<script src="http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.7.1/jquery.min.js"  
type="text/javascript"></script>
<link href="http://reader-download.googlecode.com/
svn/trunk/acc-toc-labelsort-default.css" media="screen" rel="stylesheet" type="text/css">
</link>
<script type="text/javascript">
var showNew    = true,
    accToc     = false,
    openNewTab = true,
    maxNew     = 10,
    baru       = "Baru!",
    sDownSpeed = 600,
    sUpSpeed   = 600;
</script>
<script src="http://reader-download.googlecode.com/svn/trunk/hompishive-labels-v1.js" type="text/javascript">
</script>
<script src="http://catatan-piper-comex.blogspot.com/feeds/posts/summary?max-results=9999&amp;alt=json-in-script&amp;callback=loadtoc">
</script></div>
========================  

Ganti URL http://catatan-piper-comex.blogspot.com dengan alamat blog Anda, lalu Simpan dan Terbitkan.
Kode yang Saya beri garis bawah adalah JQuery. Jika template Anda sudah dilengkapi dengan JQuery, singkirkan kode tersebut! 
Kode yang diberi warna biru adalah fungsi scroll, jika Anda tidak ingin menggunakan nya, kode tersebut bisa dihapus saja.


Lebih Banyak Pilihan

OpsiNilaiKeterangan
showNewtrueJika bernilai true, tanda merah bertuliskan Baru! akan ditampilkan, jika bernilai false, tanda merah bertuliskanBaru! akan disembunyikan.
false
accToctrueJika bernilai true, efek akordion akan diterapkan, jika bernilai false, efek akordion akan hilang sehingga semua daftar isi akan terlihat.
false
openNewTabtrueJika bernilai true, setiap link akan secara otomatis terbuka di tab/jendela baru saat diklik, jika bernilai false, setiaplink akan terbuka di tab/jendela yang sama saat diklik.
false
maxNew1, 2, 3, ... (numerik)Digunakan untuk menentukan jumlah maksimal Baru! yang tampil pada setiap posting baru (Menentukan seberapa banyak posting bisa disebut sebagai posting baru).
baru"Baru!", "New!", "Terbaru!", ... (teks)Digunakan untuk mengubah teks Baru!.
sDownSpeed"slow", "fast", 600, 1000 ... (kecepatan valid pada JavaScript)Digunakan untuk menentukan kecepatan efek.slideDown() panel.
sUpSpeed"slow", "fast", 600, 1000 ... (kecepatan valid pada JavaScript)Digunakan untuk menentukan kecepatan efek .slideUp()panel.

Demikian tutorial mengenai cara membuat daftar isi keren dengan Akordion sortir by label. Selamat mencoba dan Semoga Bermanfaat.
Tag : ,

- Copyright © AdiMPS - - Powered by Blogger - Designed by -